Situs Sejarah di Desa Perupuk, Pantai
Sejarah diresmikan sebagai Kampung Jepang oleh Bupati Batu Bara Ir. H.
Zahir dan dibuka untuk umum.
“Kita semua punya tanggungjawab untuk melestarikan cagar budaya dan
cagar alam sebagai warisan sejarah untuk generasi mendatang, karena
sejarah tidak akan terulang kembali,” kata Zahir.
Pelestarian sejarah katanya, juga amanat Undang-undang Nomor 11/2010
tentang cagar budaya, Undang-Undang Nomor 5/1990 tentang konservasi
sumber daya alam hayati dan ekosistem, serta Peraturan Pemerintah Nomor
68/1998 tentang kawasan alam yang mempunyai ke khasan satwa, ekosistem
yang perlu dilindungi.
Dahulu di Batu Bara juga ada 9 datuk yang berkuasa dan mampu mengurus pemerintahan secara otonom mandiri.
Jejak peninggalan barang kuno, nama desa serta situs dan jejak nama
perkebunan menjadi bukti kuatnya kekuasaan datuk di Batu Bara terdahulu.
“Atas karunia tersebut kita perlu bersyukur dan perlu kita kenang
dengan cara pelestarian, dan dalam waktu dekat akan kita buka musium di
Batu Bara,” sebut Bupati.
Momentum HUT Kabupaten Batubara ke-13 tahun ini lanjut Bupati,
pihaknya berusaha menggali peninggalan sejarah peradaban berupa
peninggalan sejarah dan situs-situs yang menjadi cagar budaya dan cagar
alam.
“Jika keseluruhan cagar budaya dan cagar alam ini sudah tertata dan
terbangun secara baik, maka akan mendatangkan wisatawan lokal dan
wisatawan mancanegara,” kata Zahir.
Selain itu kata Zahir, tempat tersebut juga akan dijadikan tempat
para ilmuan mengkaji dan meneliti warisan sejarah dan kekayaan ekosistem
yang akhirnya membangun pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan
masyarakat.
Sementara sejarawan Batu Bara sekaligus Anggota TBUPP Dr. Phil.
Ichwan Azhari mengatakan bahwa pasukan Jepang masuk ke Sumatera Utara
lewat Pantai Sejarah pada bulan Maret 1942.
Pendaratan pasukan Jepang di pantai ini dilakukan secara
besar-besaran bersama markas besar Divisi dan Korps Sandi (Fusuyama,
1994:
346-347).
“Jepang seperti mengecoh Belanda yang dengan armadanya menjaga
Pelabuhan Belawan dari penyusupan pasukan Jepang. Ternyata Jepang
seperti menikam Belanda dari belakang dengan mendarat di kampung sunyi
ini yang sama sekali tidak dijaga pasukan Belanda,” kata Ichwan.
Pantauan Prosumut, Zahir juga telah meresmikan cagar alam yang merupakan warisan dunia di Danau Laut Tador.
Karena didalamnya terdapat jenis hewan langka dan tanaman langka yang telah hidup ratusan tahun di Danau tersebut.
Dan Danau Laut Tador dijadikan lokasi cagar alam prioritas yang perlu mendapatkan perhatian khusus di Kabupaten Batubara.
Biaya untuk masuk ditempat ini adalah Rp.0,00 atau disebut Gratis